top of page

Skandal Elizabeth Holmes

Aisya Fadilla & Siti Nurmawati

Penulis : Aisya Fadilla & Siti Nurmawati

Editor : Anisa Fadilah




Elizabeth Holmes adalah seorang milyarder muda yang kini menjadi pembicaraan di dunia. Pengadilan di California memutus ia bersalah karena melakukan tindak pidana penipuan pada bidang investasi teknologi kesehatan terkait startup Theranos, akibatnya ia diancam dengan hukuman 20 tahun penjara.


Lantas sebenarnya siapakah Elizabeth Holmes ini?



Elizabeth Holmes lahir pada tahun 1984. Ia pernah menempuh pendidikan Stanford University, dengan mengambil jurusan teknik kimia. Pada tahun 2002 elizabeth holmes mengemukakan ide untuk menciptakan alat tes pendeteksi segala penyakit, dengan hanya menggunakan setetes darah.


Namun, ide nya ditolak oleh professor Stanford University karena dianggap mustahil dapat terwujud. Penolakan dari professor tersebut tidak diindahkan Holmes, hingga wanita itu keluar dari kuliahnya pada tahun 2003.



Terkait Theranos


Setelah berhenti dari Stanford University, Holmes mendirikan startup yang diberi nama Theranos untuk merealisasikan idenya semasa kuliah untuk menciptakan alat pendeteksi penyakit hanya dengan setetes darah tersebut. Startup tersebut bertempat di Palo Alto, California.



Foto :ConSalud.es


Saat mendirikan Theranos, Holmes dengan berani mengklaim dapat menciptakan alat pendeteksi berbagai macam penyakit dengan setetes darah. Ia menggandeng kepala laboratorium yang merupakan seorang ahli kimia dari Inggris yakni Ian Gibbons.

Klaim visioner dari Elizabeth Holmes tentang project Theranos menjadi sebuah terobosan dan harapan baru di dunia kesehatan.


Pengembangan teknologi kesehatan Elizabeth Holmes ini juga didukung oleh orang-orang penting di AS. Hal tersebut memberikan peningkatan kredibilitas Holmes. Holmes pernah didapuk oleh majalah Forbes sebagai "perempuan miliarder termuda di dunia" atau bahkan menyandang gelar "The next Steve Jobs" berkat Theranos.



From Hero to Zero


Oktober 2015

Popularitas Holmes mulai goyah usai perusahaannya menjadi subjek investigasi John Carreyrou - The Wall Street Journal pada Oktober 2015. Media harian tersebut melaporkan bahwa Theranos hanya menggunakan teknologi yang dimiliki hanya untuk sebagian kecil pengujian. Ditambahkan, karyawan Theranos pun turut meragukan keakuratan alat tersebut.


Sebagai tanggapan, Theranos membela praktik pengujiannya, menyebut pelaporan Journal "salah secara faktual dan ilmiah."


November 2015 - Juni 2016

Usai tersandung berita tidak mengenakan, Theranos mulai mengalami kemunduran secara bertahap. Di januari 2016, Regulator Federal mempermasalahkan lab California Theranos yang dianggap tidak memenuhi standar dan membuat pasien bisa dalam bahaya. Dari sini, sejumlah investor besar seperti Walgreens dan Safeway akhirnya memutuskan hubungan dengan Theranos.

Mei 2016, Balwani selaku mitra bisnis turut mundur dan membuat Theranos membatalkan tes darah selama dua tahun dari perangkat pengujian miliknya dan mengoreksi puluhan ribu laporan tes darah.


Juli 2016

Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS) akhirnya mencabut lisensi Theranos untuk mengoperasikan lab di California dan melarang Holmes untuk menjalankan laboratorium darah selama dua tahun.

Mulai dari sini Theranos harus menghadapi dua gugatan dari mantan investor. Partner Fund Management, menggugat perusahaan sebesar U$ 96,1 juta atau Rp1,3 triliun dengan tuduhan penipuan sekuritas. Walgreens turut menggugat karena adanya pelanggaran kontrak. Dua sengketa akhirnya 2017.


Maret - September 2018

2018 jadi tahun terburuk bagi Theranos. Komisi Sekuritas dan Bursa AS mendakwa Theranos, Holmes, dan Balwani karena penipuan sekuritas. Holmes “ditendang” dari kepemilikan saham dan kendali atas Theranos.

Meski di Juni 2018 mereka dinyatakan tidak bersalah atas tuduhan penipuan kriminal, Theranos akhirnya bubar pada September 2018.


Agustus 2021

Meski jadwal persidangan Holmes sudah ditunda dua kali karena pandemi COVID-19 dan pengumuman kehamilan Holmes, akhirnya pengadilan memulai persidangan pada Agustus 2021 dengan membawa lebih dari 80 calon juri.


Januari 2022

Holmes akhirnya dinyatakan bersalah atas 4 dari 11 dakwaan federal. Holmes harus menghadapi vonis maksimal 20 tahun penjara serta denda U$ 250.000 atau Rp3,5 miliar. Vonis atas dirinya akan dibacakan jihakim pada bulan September 2022.



Kisahnya Diangkat Jadi Buku dan Dokumenter


Selama perjalanan kasus, kisah hidup Holmes telah diangkat untuk menjadi topik sebuah buku, dokumenter HBO, dan serial televisi. Reporter John Carreyrou, orang pertama yang mengungkap cerita Theranos di Wall Street Journal, menerbitkan buku berjudul “Bad Blood: Secrets and Lies in a Silicon Valley Startup," pada Mei 2018.


Setahun berikutnya, tepat di Maret 2019, Alex Gibney yang merupakan pembuat film dokumenter mengaku mengikuti perjalanan skandal Theranos dan akhirnya memutuskan untuk membuat dokumenter berjudul “The Inventor: Out Blood in Silicon Valley," di HBO.


Maret 2022, perjalanan karier Holmes kembali diangkat jadi miniseries 8 episode dengan judul “The Dropout”.










Comments


bottom of page