Penulis : Nabilla Riyadi & Siti Nurmawati
Editor : Anisa Fadilah
Dunia internasional kini tengah menyorot konflik militer antara Rusia dan Ukraina. Invasi militer Rusia kepada Ukraina telah dimulai sejak 24 Februari 2022, dan hingga kini belum menemui titik terang.
Sejarah:
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina telah bergulir lama dan memiliki sejarah yang panjang. Dahulu Ukraina merupakan bagian dari Uni Soviet, kemudian Ukraina menyatakan merdeka pada tahun 1991.
Uni Soviet adalah negara federasi yang adidaya karena memenangkan Perang Dunia II. Di dalamnya terdapat berbagai negara termasuk Rusia dan Ukraina. Disisi lain, terdapat NATO yang dibentuk pada tahun 1949 oleh beberapa negara barat yang bertujuan untuk menyeimbangi dominasi Uni Soviet.
Hubungan Rusia dengan Ukraina memanas sejak 2014. Kala itu muncul revolusi menentang supremasi Rusia. Massa anti pemerintah berhasil melengserkan mantan presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych. Revolusi juga membuka keinginan Ukraina bergabung dengan NATO. Hal ini tentu membuat Rusia tidak senang.
Saat Yanukovych jatuh, Rusia menggunakan kekosongan kekuasaan untuk mencaplok Krimea.
Pada tahun 2019, kedudukan presiden Ukraina jatuh pada Volodymyr Zelenskyy. Pada Januari 2021, Zelensky mengirim sinyal-sinyal ketertarikan Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Atas hal ini, Rusia melarang keras Ukraina untuk bergabung bersama NATO sehingga suasana semakin memanas.
Jalannya Operasi militer:
Rusia membuktikan keseriusan peringatan yang ditujukan kepada Ukraina. Pada 24 Februari 2022 lalu, Presiden Vladimir Putin mengumumkan 'operasi militer khusus'. Tak lama setelah pernyataan Putin, ledakan-ledakan terdengar di kota-kota besar Ukraina.
Hingga kini, kedua pihak saling melemparkan tudingan, Menteri Pertahanan Rusia menyatakan bahwa Amerika Serikat melakukan pendanaan kepada Ukraina guna memproduksi senjata biologis dari patogen mematikan. Di saat bersamaan, Amerika Serikat dan sekutu turut menuding Rusia menggunakan senjata terlarang pada invasi ke Ukraina.
Invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina banyak memakan korban jiwa. Jenazah para korban yang meninggal di pinggiran kota Mariupol pun dikuburkan massal.
Upaya Negosiasi Gagal:
Pada 10 Maret yang lalui, dilakukan upaya negosiasi antara Rusia dan Ukraina dilakukan di Turki. Perundingan ini dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov dan Menlu Ukraina, Dmytro Kuleba. Dalam konferensi pers yang dikutip dari Reuters, keduanya memberi sinyal bahwa mereka gagal membuat kesepakatan terkait penghentian invasi.
(Negosiasi Rusia vs Ukraina berakhir. sumber: triaspolitika.id)
Kondisi Terkini:
(sumber: cnnindonesia.com)
Sabtu (12/3) pada waktu pagi setempat, ledakan kembali terdengar di dekat Kiev ketika pasukan Rusia mendekat ke Ibu Kota Ukraina tersebut. Pertempuran disebut berlanjut di pinggir ibu kota Ukraina. Pemerintah Kota Kiev mengklaim daerah di utara menjadi yang paling bahaya, termasuk pinggiran Bucha, Irpin dan Hostomel, serta distrik Vyshorod yang lebih jauh ke utara Kiev.
Tak hanya itu, roket milik Rusia menghancurkan pangkalan udara di wilayah Kiev, tepatnya dekat kota Vasylkiv. Insiden ini dikabarkan oleh Natalia Balasynovynch, selaku Wali Kota Valsykiv.
Comentários